Terlalu Banyak Tidur Berbahaya Bagi Jantung

Terlalu Banyak Tidur Berbahaya Bagi Jantung

2 menit baca

Anda menghabiskan waktu cukup banyak untuk tidur? Jantung Anda belum tentu menyukainya

Kecukupan waktu tidur malam adalah salah satu syarat kesehatan yang tidak bisa ditawar, jantung adalah organ tubuh yang sangat membutuhkannya. Namun, waktu tidur yang terlalu panjang ternyata berdampak sama seperti waktu tidur yang kurang bagi jantung.

Hal ini diketahui ketika awal September 2021 lalu, sebuah hasil penelitian dipresentasikan pada ajang konferensi tahunan the American College of Cardiology. Penelitian yang melibatkan 14.000 responden dari the National Health and Nutrition Examination Survey, memiliki data tentang tidur.

Para responden penelitian dipantau selama 7 tahun, dan responden yang dilaporkan mengalami gangguan jantung, dan stroke selama periode tersebut menjalani pemeriksaan untuk memastikan faktor risiko, termasuk kadar CRP (C-reactive protein), penanda inflamasi utama yang berhubungan dengan gangguan jantung.

Para peneliti juga memerhatikan risiko ASCVD (Atherosclerotic Cardiovascular Disease), yang berhubungan dengan faktor tertentu, seperti; usia, ras, tekanan darah, jenis kelamin dan kadar kolesterol, yang diketahui berperan penting pada penilaian gangguan kesehatan jantung.

Hasil akhirnya dipastikan bahwa ada hubungan gangguan jantung dengan durasi tidur; responden yang tidur kurang dari 6 jam mengalami risiko ASCVD yang tinggi, tetapi peningkatan risiko juga dialami responden yang tidur lebih dari 7 jam setiap malam. Risiko ASCVD terendah dimiliki orang yang tidur antara 6-7 jam semalam.

Hal yang sama berlaku untuk kadar CRP, yang diketahui relatif tinggi pada orang yang tidur terlalu sedikit, ataupun terlalu banyak. Hal ini berarti sangat penting untuk tidur cukup – khususnya jika Anda mengalami masalah kualitas tidur, tidak sekadar durasi tidur.

Tapi haruskah kita benar-benar cemas telah membuat jantung tidak sehat karena tidur berlebihan? Menurut penjelasan para ahli, angka CRP yang tinggi adalah gejala terjadinya pembengkakan di dalam tubuh. Hal ini telah dipelajari selama beberapa saat bahwa waktu tidur yang ekstrem – baik yang kurang ataupun yang berlebih – memicu stres tubuh dan meningkatkan kadar CRP. Seseorang yang mengabaikan kualitas tidur, tidak akan terpengaruh sementara waktu, tetapi akan terganggu di usia 50-an.

Lebih lanjut ditegaskan dalam presentasi tersebut bahwa rekomendasi durasi tidur selama 7-9 jam setiap malam adalah standar kebutuhan rata-rata, hal itu tidak berlaku sama bagi setiap orang. Seseorang yang terlihat tidur terlalu banyak bisa jadi memiliki kualitas tidur yang buruk, sehingga ia sebenarnya hanya tidur sedikit.

Agar dapat menentukan kebutuhan tidur, disarankan para ahli agar kita mengevaluasi keinginan tidur siang hari. Jika rasa kantuk relatif besar, bisa jadi waktu dan kualitas tidur malam tidak cukup baik. Cara lain untuk mengukur adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur. Menghabiskan lebih dari satu jam untuk tertidur adalah indikasi seseorang terlalu banyak tidur.

Secara umum, sangat penting untuk memantau tidur dan memastikan kualitas tidur yang baik – jauhkan ponsel, terapkan waktu tidur malam dan bangun pagi yang rutin, lebih baik dilakukan daripada resah karena kebanyakan tidur.

Photo by Vladislav Muslakov on Unsplash