Tempe yang Lezat dan Sehat

Tempe yang Lezat dan Sehat

2 menit baca

Dibalik rasa yang unik dan lezat, tempe mengandung protein tinggi, dan prebiotik yang sangat dibutuhkan tubuh.

Selama bertahun-tahun tempe berada di balik bayang-bayang tahu. Namun sekarang tidak lagi. Bahkan berdasarkan prediksi sebuah biro riset di Negeri Paman Sam, pada tahun 2026 nanti, penjualan tempe diproyeksikan mencapai
5.8 juta USA. Luar biasa! Apakah penyebabnya? Mengapa tiba-tiba tempe menjadi populer?

Tempe adalah olahan kacang kedelai yang diproses dengan fermentasi. Proses pembuatannya dimulai dengan merendam, merebus, dan mengeringkan seluruh kedelai. Kacang kemudian diinokulasi dengan spora jamur (paling sering dari spesies Rhizopus oligosporus) dan difermentasi. Hasilnya adalah alternatif protein nabati yang kuat dengan rasa ringan, pedas, seperti jamur.

Tempe berasal dari Indonesia dan mulai dibuat pada tahun 1600-an. Keberadaannya terjaga selama selama ratusan tahun. Baru pada awal abad 2000, mulai menyebar ke seluruh Asia, pertama terlihat di Jepang, kemudian India. Kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah barat, dan sampai ke Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an.

Berbagai penelitian kemudian dilakukan dan para ahli nutrisi jatuh cinta pada tempe - karena alasan-alasan yang baik.  Protein yang berasal dari tumbuhan ini sangat kaya nutrisi. Jadi sangat tepat untuk dijadikan bahan makanan sehat, lezat dan berbasis tumbuhan.

Diketahui, komposisi nutrisi dalam 166 gr tempe yang dimasak, adalah:
*- Kalori: 319
*- Lemak: 18 gr (23% dari kebutuhan harian)
*- Sodium: 15 mg (1% dari kebutuhan harian)
*- Karbohidrat: 13 gr (5% kebutuhan harian)
*- Protein: 34 gr (68% dari kebutuhan harian)
Kandungan nutrisi yang lengkap seperti ini, sangat langka pada makanan berbasis tumbuhan.

Komposisi nutrisi ini membuat tempe memiliki banyak manfaat:

Sumber protein yang ramah bagi jantung
Tempe sangat rendah lemak jenuh dan malah mengandung lemak tak jenuh tunggal dan ganda yang menyehatkan jantung. Selain itu, seperti juga semua produk nabati, tempe rendah kolesterol. (Kolesterol dibuat di hati sehingga dapat ditemukan dalam makanan yang bersumber dari hewan, tetapi bukan yang berasal dari tumbuhan). Tempe juga menyediakan serat dan isoflavon kedelai, yang berfungsi ganda melindungi jantung dengan menurunkan kolesterol darah secara alami.

Pasokan prebiotik yang menyehatkan usus
Sekalipun unsur probiotik tempe cukup banyak yang hilang dalam proses memasak, namun tempe tetap sumber prebiotik, yang bisa menjadi bakteri baik bagi usus. Selain itu proses fermentasi yang dialami tempe meningkatkan zat besi, riboflavin, niasin, biotin, folat, dan vitamin B6.

Makanan diet
Protein dan serat tempe membuat seseorang merasa kenyang lebih lama, setelah mengonsumsinya. Serat sangat membantu program penurunan berat badan, sebagaimana dijelaskan pada artikel The Journal of Nutrition yang memuat hasil penelitian tahun 2019, terhadap 345 orang dewasa dan menemukan bahwa asupan serat adalah faktor yang sangat memengaruhi keberhasilan program penurunan berat badan. Serat menghalangi penyerapan lemak dan protein, mendorong kedua unsur tersebut keluar dari tubuh sebelum diserap, jika dikonsumsi berlebih.

Lalu, adakah efek samping tempe? Nyaris tidak ada. Tempe terbukti tidak menyebabkan pembesaran payudara pada lelaki, dan tidak meningkatkan risiko kanker payudara, sebagaimana diisyukan. Mengonsumsi tempe setiap hari sangat disarankan. Namun orang tertentu yang memiliki sensitivitas terharap kedelai, memang sebaiknya tidak mengonsumsi tempe.