Saat Darah Menstruasi Terlihat Tak Normal

Saat Darah Menstruasi Terlihat Tak Normal

1 menit baca

Sifat darah menstruasi memang berbeda dari satu siklus ke siklus lainnya. Tapi waspadai kondisi yang tidak normal, dan segera periksakan diri ke dokter.

Kualitas darah menstruasi yang berbeda dalam satu periode menstruasi, antara darah segar hingga berwarna lebih pekat dan kental, sebenarnya kondisi yang normal. Tetapi, jika sewaktu-waktu Anda mengalami perdarahan yang berbeda dibandingkan biasa; lebih kental, berwarna lebih pekat, dan berlangsung sepanjang menstruasi, sebaiknya berhati-hati.

Perdarahan yang banyak, menggumpal dengan warna yang tidak lagi merah segar menandakan bahwa darah tidak langsung dikeluarkan dari tubuh, segera setelah luruh dari dalam rahim. Kondisi ini dapat terjadi karena:

  1. Perubahan hormon. Tubuh perempuan sangat tergantung pada keseimbangan hormon progesteron dan estrogen. Kedua hormon ini mengatur proses pembentukan selaput dinding dalam rahim. Jika kadar keduanya tidak berimbang, maka yang terjadi adalah pembentukan selaput dinding dalam rahim yang berlebihan, sehingga menebal. Hal inilah yang menyebabkan perdarahan menstruasi menjadi berlebih, dan menggumpal.
  2. Fibroid. Fribroid yang terbentuk di dalam rahim disebut sebagai Ieiomyomas. Ini adalah sejenis tumor jinak. Fibroid umumnya tidak disertai gejala saat pertumbuhannya, tetapi perempuan yang mengidap fibroid di dalam rahim, cenderung mengalami perdarahan menstruasi yang lebih banyak, dan darah yang keluar terlihat menggumpal.
  3. Keguguran. Jika terjadi pembuahan dan janin tidak dapat bertahan, maka secara otomatis akan dikeluarkan dari dalam rahim melalui saluran vagina. Perdarahan yang terjadi karena kondisi ini, cenderung lebih padat, dan berwarna merah hati.

Dalam kondisi apapun jika mengalami perdarahan menstruasi yang tidak wajar seperti ini, waspadalah dan segera berkonsultasi dengan dokter. Sekalipun tidak berbahaya, dan hanya disebabkan oleh ketidakseimbangan kadar hormon, kondisi gangguan kesehatan umum, seperti anemia tetap menjadi risiko, dan perlu ditangani secara tepat.

Photo by Ed Leszczynskl on Unsplash