Saat Cairan Vagina Tidak Normal

Saat Cairan Vagina Tidak Normal

2 menit baca

Cairan genital memang diproduksi setiap hari. Tetapi jika terjadi perubahan sifat, segeralah diwaspadai.

Banyak perempuan menyebut cairan vagina sebagai keputihan dan mempermasalahkan keberadaannya setiap hari. Padahal, cairan tersebut memang harus diproduksi setiap hari karena berperan penting membersihkan sel-sel mati dan bakteri yang ada di dalam saluran reproduksi. Cairan ini menjaga vagina tetap bersih, sehingga tidak terjadi infeksi.

Volume cairan vagina setiap perempuan berbeda-beda, demikian juga aroma dan warnanya - sekalipun umumnya bening hingga berwarna keputihan seperti susu - tergantung pada fase siklus reproduksi. Cairan vagina cenderung diproduksi lebih banyak, dan terlihat lebih kental menjelang ovulasi, saat ibu sedang menyusui, atau ketika seorang perempuan terangsang secara seksual.

Aroma cairan vagina pun cenderung berubah jika seorang perempuan sedang hamil atau jika tidak telaten memerhatikan kebersihan. Seluruh hal tersebut sangatlah normal.

Tetapi jika perubahan cairan terjadi disertai gejala yang tidak biasa, seperti; gatal atau sensasi terbakar, maka sebaiknya diwaspadai.

Apakah yang menyebabkan cairan vagina tidak normal?

  • Penggunaan obat antibiotik, steroid atau konsumsi kontrasepsi hormonal
  • Bacterial vaginosis, jenis infeksi bakteri yang umum dialami perempuan hamil atau yang melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 pasangan
  • Kanker Serviks
  • Infeksi penyakit seksual menular akibat hubungan seksual tanpa pelindung dengan orang yang telah terinfeksi
  • Diabetes
  • Penggunaan sabun, atau cairan pembersih vagina
  • Gangguan pembengkakan panggul (PID - Pelvic Inflammatory Disease)
  • Vaginal atropi, penipisan dan kondisi dinding saluran vagina yang kering dan biasanya dialami pada masa menopause
  • Vaginitis, iritasi di sekitar vagina

Ciri cairan vagina tidak normal

  • Bercampur darah atau berwarna cokelat : Siklus menstruasi tidak teratur dan terjadi sebelum saatnya
  • Keruh atau berwarna kuning: Infeksi gonorrheaBerbusa, kekuningan atau kehijauan, dan beraroma busuk: Infeksi trichomoniasis
  • Pink/merah muda: Terjadi setelah melahirkan akibat selaput dinding rahim yang luruh (Lochia)
  • Tebal, putih, lengket: Infeksi ragi
  • Putih, keruh, atau kuning dan berbau amis: Infeksi bacterial vaginosis

Bagaimanakah menangani cairan vagina yang tidak normal?
Mengatasi cairan vagina yang tidak normal, sangat tergantung pada pemicunya. Sebagai contoh, jika masalah utamanya adalah infeksi ragi (yeast infection) maka hanya bisa diatasi dengan obat-obatan antijamur, yang dimasukkan ke dalam saluran vagina, dapat berupa krim atau gel. Sementara Bacterial vaginosis diatasi dengan pil antibiotik atau krim. Trichomoniasis biasanya ditangani dengan jenis obat-obatan antibakteri.

Seluruh obat-obatan ini membutuhkan dosis yang tepat dan hanya bisa diresepkan oleh dokter. Karena itu, satu-satunya saran yang tepat untuk kondisi ini adalah memeriksakan diri ke dokter, agar dapat didiagnosa sesuai pemicu, dan mendapatkan obat yang tepat.

Cara cegah infeksi yang memicu produksi cairan vagina tidak normal:
1.    Pastikan kebersihan vagina dengan selalu membersihkannya secara teratur menggunakan air bersih setelah berkemih atau BAB. Saat mandi sore, gunakan air hangat.
2.    Hindari menggunakan sabun dan produk-produk untuk membersihkan vagina. Jangan terlalu sering mandi berendam dengan sabun beraroma.
3.    Setelah berkemih, BAB atau mandi, keringkan area vagina dengan gerakan dari arah depan ke belakang untuk mencegah perpindahan bakteri dari area pembuangan ke vagina, karena bisa memicu infeksi.
4.    Gunakan celana dalam berbahan katun yang tidak terlalu ketat untuk menghindari kondisi lembap di area tersebut.

Photo by Anthony Tran on Unsplash