PMS Berat atau PDD?

PMS Berat atau PDD?

1 menit baca

80% perempuan mengalami PMS menjelang menstruasi. Namun gejala yang sangat ekstrem pada periode ini bisa jadi menandakan gangguan yang serius.

Nyeri dan berbagai gangguan kesehatan menjelang menstruasi segera saja dikategorikan sebagai PMS (Pre-Menstrual Syndrom). Jika PMS mulai terasa mengganggu, maka segera saja dikategorikan sebagai PMS yang berat. Padahal secara medis PMS yang sangat berat hingga membuat seseorang tidak bisa bangun, perlu ditangani secara cermat, dan dikenal dengan nama PDD - Premenstrual dysphoric disorder.

Beda PDD dari PMS
Gejala seperti kembung, berat bertambah, payudara bengkak, mood swing, sakit kepala, umumnya dikategori sebagai PMS, dan seringkali dialami berbeda-beda oleh perempuan dari bulan ke bulan. Umumnya gejala ini terkategori ringan, dan dapat segera hilang setelah menstruasi hari 1.

PDD, umumnya dialami mirip seperti PMS, tetapi lebih berat, dan terasa mengganggu sejak 7 – 10 hari sebelum seorang perempuan mengalami menstruasi. Gejalanya membuat seseorang tidak bisa beraktivitas secara rutin, bahkan terpaksa tidak pergi bekerja.  Adapun gejala PDD itu adalah; perubahan mood yang sangat ekstrem, mudah tersinggung dan menjadi sangat marah, tegang, kelelahan amat sangat, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, migren.

Penyebab PDD
Sama seperti halnya PMS, PDD ditengarai terjadi karena fluktuasi kadar hormon reproduksi menjelang menstruasi. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa PMS yang dialami seorang bisa meningkat menjadi PDD, karena rendahnya kadar serotonin (sejenis hormon yang diproduksi otak) yang berfungsi menghantar sinyal dari syaraf ke syaraf.

Bagaimana mengatasi PDD?
Lalu, dapatkan kondisi ini diatasi, dengan kata lain mungkinkah seorang perempuan terbebas dari PDD yang dialaminya? Para ahli kedokteran berhasil menemukan cara mengatasi PDD ini. Para pengidap PDD dapat menikmati hidup normal kembali. Caranya adalah dengan pengaturan pola hidup.

Pengaturan pola hidup yang dimaksudkan adalah berolahraga, mengonsumsi vitamin, dan menu bebas cafein. Seringkali juga diresepkan jenis obat-obatan berupa antidepresan untuk mengatasi gejolak emosi. Selain itu stress management program  juga merupakan salah satu solusi yang disarankan.

So, jika mengalami gejala seperti di atas, jangan dianggap sepele. Sebaiknya segera  periksakan ke dokter untuk mendapatkan bantuan yang tepat.

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash