Pap smear, Mendeteksi Kanker Leher Rahim

Pap smear, Mendeteksi Kanker Leher Rahim

2 menit baca

Kanker leher rahim hingga saat ini tercatat sebagai kanker no.1 yang menyebabkan kematian perempuan. Padahal jika kondisi ini diketahui dalam stadium dini, kemungkinan ditangani hingga pulih sangat besar.

Hingga saat ini, kanker leher rahim diketahui sebagai penyebab kematian perempuan no.1 di dunia, di antara jenis kanker lain. Kanker ini menyerang leher rahim, bagian dari organ reproduksi yang merupakan pintu masuk ke rahim, dan terletak di antara rahim (uterus) dan vagina.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan RI, bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia dan Ikatan Ahli Patologi Indonesia pada 1988 - 1990, kanker leher rahim alias Karsinoma servik uteri termasuk dalam daftar 10 penyakit kanker mematikan yang menyerang perempuan. Tapi kemajuan ilmu kedokteran, memberi harapan besar bagi para penderita kanker serviks untuk dapat meningkatkan kualitas hidup, dan memiliki kesempatan untuk sembuh.

Mencegah lebih baik
Menurut para ahli kanker, dari semua kasus kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang dapat dicegah dan memiliki peluang yang cukup besar untuk sembuh. Apalagi jika perempuan peduli pada kesehatan, misalnya; menjaga pola makan, gaya hidup, dan  melakukan tes pap smear setiap tahun setelah aktif melakukan hubungan seksual. Tak perlu merasa ngeri, pasalnya tes ini bebas rasa sakit dan tidak menyebabkan efek apa pun.

Pap smear atau Pap Test, adalah temuan menakjubkan, hasil riset Dr. Papanicolau, seorang ilmuwan dari Yunani. Tes ini berfungsi untuk mendeteksi  perubahan sifat sel yang terdapat di leher rahim.

Kapan saat tepat melakukan pap smear?
Semakin dini perubahan sel serviks diketahui, semakin mudah menanganinya. Kanker leher rahim stadium dini yang ditangani secara cepat dan tepat memiliki angka kemungkinan sembuh mencapai 100%. Kondisi inilah yang menyebabkan perempuan disarankan melakukan pap smear setelah pertama kali melakukan hubungan seksual. Selanjutnya  pemeriksaan dapat dilakukan setahun sekali. Lalu, dua tahun kemudian seandainya tidak ditemukan perubahan sel pada permukaan leher rahim.

Agar hasil pemeriksaan akurat, sebaiknya tidak melakukan pemeriksaan saat menstruasi, serta tidak melakukan  hubungan seksual setidaknya dua hari sebelum pemeriksaan. Jika hasil tes negatif, maka dokter akan menganjurkan untuk mengulang pemeriksaan setahun kemudian. Namun, seandainya hasil Pap smear positif, pemilik hasil test akan dirujuk pada dokter ahli kebidanan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, demi memastikan perubahan sifat sel yang terjadi pada serviks (mulut rahim).

Jadi, jika Anda telah menikah atau aktif secara seksual, jangan lupa melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin. Langkah kecil ini akan terasa berharga jika dibandingkan dengan hidup Anda.