Pil dan alat kontrasepsi hormonal dicemaskan memicu gangguan kesehatan, sementara alat kontrasepsi dalam rahim diyakini menyebabkan gangguan kesuburan. Benarkah? Sebaiknya berhati-hati agar tak tersandung mitos-mitos seperti ini:

Pil kontrasepsi dapat diandalkan menunda kehamilan, karena langsung bereaksi setelah dikonsumsi.
Tidak selalu benar. Manfaat pil kontrasepsi sangat tergantung pada waktu seseorang mengonsumsinya. Umumnya dibutuhkan 1 siklus menstruasi sebelum pil kontrasepsi berfungsi mencegah kehamilan.

Pil kontrasepsi hanya dapat digunakan dalam periode terbatas.
Umumnya pada perempuan yang sehat, pil kontrasepsi dapat digunakan dalam kurun waktu yang panjang, dan masih dapat berfungsi optimal mencegah kehamilan.

Pil kontrasepsi sebabkan kegemukan.
Saat ini industri farmasi telah berhasil menciptakan jenis pil kontrasepsi yang tidak menyebabkan pertambahan berat badan pada perempuan.

Pil kontrasepsi sebabkan kanker.
Sekalipun pernah ditemukan bahwa pil kontrasepsi menyebabkan kanker payudara pada perempuan berusia produktif, prosentasenya sangat kecil. Sebaliknya pil kotrasepsi bisa mencegah kanker rahim dan kandung kemih sebanyak 50%. Manfaat ini tetap didapatkan sekalipun seorang perempuan berhenti menggunakan pil kontrasepsi.

IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dapat sebabkan infertilitas (gangguan kesuburan).
JIka seorang perempuan mengalami ISM (Infeksi Seksual Menular), maka AKDR bisa memicu penularannya ke dalam rahim dan saluran telur, dan dapat menyebabkan ketidaksuburan di masa yang akan datang. Tetapi kondisi ini hanya akan dialami oleh seorang perempuan yang memang awalnya mengidap ISM. Selama seorang perempuan tidak mengidap ISM, tidak ada ancaman infertilitas. Bagi pasangan monogami yang tidak mengidap ISM, AKDR adalah kontrasepsi yang paling aman dan efektif.

Photo By Thought Catalog on Unsplash