Olimpiade Semula Hanya untuk Atlet Pria

Olimpiade Semula Hanya untuk Atlet Pria

1 menit baca

Perhelatan olahraga sejagad ini semula hanya diperuntukkan bagi atlet pria. Bahkan dalam kondisi tertentu, perempuan tidak diperbolehkan menonton pertandingan.

Tidak akan ada yang mengira bahwa ajang Olimpiade yang menjunjung tinggi kesetaraan dan sportivitas, semula hanya diperuntukkan bagi atlet pria. Kondisi ini mengakar pada tradisi Yunani Kuno, yang hanya memperbolehkan atlet pria berlaga di Olimpiade. Tapi jangan salah sangka, bukan berarti pada masa itu tidak ada atlet perempuan, sehingga mereka tidak berlaga.

Nyaris bersamaan dengan penyelenggaraan Olimpiade di kuil Zeus, berlangsung kompetisi olahraga serupa di kuil Hera - dewi Yunani kuno yang menjadi istri Zeus. Berbagai lomba diselenggarakan, termasuk lomba lari. Atlet perempuan yang berlaga harus memenuhi syarat tertentu, yaitu: belum menikah.

Sayangnya tidak terlalu banyak informasi tentang festival olahraga khusus untuk perempuan ini, selain tulisan Pausanias, seorang ahli geografi di zaman Yunani kuno, yang gemar berkelana dan menulis. Dalam salah satu naskahnya, Pausanias menulis bahwa festival olahraga untuk menghormati dewi Hera diorganisir dan diawasi oleh sebuah komite yang terdiri dari 16 wanita dari kota-kota Elis. Festival berlangsung setiap empat tahun, dan didahului dengan upacara persembahan jubah baru untuk Hera di kuilnya.

Pausanias juga menjelaskan bahwa para gadis yang berlomba di festival Hera diizinkan untuk menonton laga para atlet pria di Olimpiade. Namun hal ini tidak berlaku bagi perempuan yang telah menikah. Mereka terancam hukuman mati jika menonton pertandingan para atlet pria.

Keterlibatan atlet perempuan di ajang Olimpiade modern baru terjadi di tahun 1900, tepatnya ketika Olimpiade berlangsung di Paris, Prancis. Countess Hélène de Pourtalès adalah seorang atlet layar kelahiran Amerika yang berkompetisi di Olimpiade Musim Panas 1900 mewakili Swiss dan menjadi perempuan pertama yang meraih medali emas Olimpiade. Ketika itu dia menjadi anggota tim layar, Swiss.

Olimpiade 2021 (2020) yang baru lalu di Tokyo pun tercatat dalam sejarah, selain karena atlet perempuan Indonesia dari cabang Badminton - Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih satu-satunya medali emas dari cabang ganda putri, pada Olimpiade musim panas yang ke-32 ini untuk pertama kalinya seorang atlet perempuan transgender ikut berlomba.

Photo by Sam Balye on Unsplash