- Depan >
- Sapa Hidup >
- Inspirasi Elok >
- Mitos Perawatan Kulit

Mitos Perawatan Kulit
Memahami informasi yang benar tentang kulit adalah hal mendasar untuk menjaga kesehatan organ terluas pada tubuh manusia ini.
Di tengah hujan informasi tentang perawatan kulit yang deras saat ini, kita perlu bijak memilah info yang benar dan kita butuhkan, dari sekadar info menarik untuk menawarkan produk tertentu. Agar penilaian kita jernih, mari telisik mitos seputar perawatan kulit yang sedang marak saat ini.
Mitos: Orang dengan kulit berminyak tidak butuh pelembap
Keliru. Apa pun jenis kulit kita, setidaknya perlu dilembapkan sekali dalam sehari. Mengapa? Kelenjar minyak di kulit bekerja berlebihan untuk mengimbangi dehidrasi, maka akan membuat kulit berminyak akan lebih berminyak. Jadi jika Anda memiliki kulit berminyak tetaplah menggunakan pelembap, namun pilih jenis produk dengan keterangan "noncomedogenic." Jenis produk ini berisiko kecil menyumbat pori-pori. Alternatif lain adalah gunakan pelembap berbentuk serum atau gel.
Mitos: Produk dengan keterangan “Teruji oleh dokter kulit” berarti direkomendasikan oleh dokter ahli kulit
Tidak benar! Penjelasan ini berarti produk tersebut telah diteliti oleh dokter kulit bersertifikat—bukan karena mereka menyukainya, juga tidak berarti produk itu telah melalui uji klinik pihak ketiga. Faktanya, suatu produk dapat menyatakan dirinya “teruji oleh dokter kulit” bahkan jika hanya diteliti oleh satu dokter kulit saja. Karenanya, daripada mengandalkan label, sebaiknya konsultasikan produk pilihan Anda dengan dokter ahli kulit. Dokter kulit dapat memandu menemukan produk berdasarkan jenis kulit dan jenis perawatan yang diinginkan.
Mitos: Ruam kulit menandakan alergi
Tidak tepat. Diketahui terdapat berbagai jenis masalah kulit yang bisa memicu ruam, seperti; psoriasis, eksim, seborrhea, misalnya. Berbagai ruam kulit ini tidak menandakan seseorang mengalami alergi. Langkah yang perlu dilakukan adalah memastikan pemicu ruam pada kulit agar dapat ditangani secara tepat. Karena psoriasis tentu berbeda penanganannya dari sekadar tanda kemerahan akibat terkena detergen. Hanya dokter ahli kulit yang dapat memastikan perbedaannya, dan membantu Anda mengatasi kondisi-kondisi ini secara tepat.
Mitos: Vitamin E memudarkan bekas luka dan stretch mark
Tidak benar! Menggunakan vitamin E atau produk yang mengandung vitamin E di permukaan kulit tidak akan membantu memudarkan bekas luka dan stretch mark, sebaliknya bisa menyebabkan iritasi. Dalam satu penelitian kecil, 30% responden yang menggunakan vitamin E pada bekas luka mengalami ruam merah yang gatal. Menurut para ahli kulit, bekas luka dan stretch mark hanya akan memudar seiring waktu, sesuai proses regenerasi kulit. Sekalipun demikian, dinyatakan juga bahwa krim dan losyen yang mengandung asam hialuronat, retinol, dan obat tretinoin dapat sedikit membantu. Menghindari sinar matahari juga bermanfaat, karena bekas luka cenderung menjadi gelap karena terkena sinar matahari, sebaliknya stretch mark akan menjadi semakin jelas karena tidak berubah menjadi cokelat seperti kulit yang terpapar sinar matahari. Metode lain untuk mengatasi bekas luka dan stretch mark adalah dengan terapi laser atau microneedling yang bertujuan mendorong produksi kolagen dan elastin. Sekalipun tidak sepenuhnya menghapus tanda-tanda dari permukaan kulit, setidaknya akan tersamar.
Photo by Alexandra Tran on Unsplash
- Topik Lainnya
- Kecantikan
- Kulit Wajah
- Perawatan Kulit
- Mitos