Penulisan bilangan Romawi digunakan sejak berabad-abad lalu, dan hingga kini pun masih lazim digunakan. Lambang angka tersebut paling umum kita lihat digunakan sebagai angka pada jam. Tidak hanya pada jam menara yang menjulang seperti Jam Gadang di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Jam tangan pun masih sering ditemui menggunakan lambang angka Romawi ini.

Berakar para peradaban Etruria
Sebelum Roma diproklamirkan, sekitar abad 850-750 SM, di wilayah kekaisaran itu telah lebih dulu berkembang berbagai beradaban. Bangsa Etruria adalah salah satu bangsa yang paling maju - para sejarawan Romawi mengakui bahwa sebagian besar peradaban mereka didasarkan pada peradaban Etruria.

Etruria adalah peradaban yang menggunakan simbol angka sejak 900 SM, mereka menggunakan simbol "I" untuk angka 1, "Λ" untuk angka 5 dan "X" untuk angka 10. Bangsa Etruria juga menggunakan simbol untuk angka yang lebih besar, tetapi tidak diketahui dengan jelas simbolnya.

Evolusi simbol angka Romawi
Pada awalnya, bilangan Romawi untuk 1, 10 dan 100 sama persis dengan lambang bilangan Etruria. Namun Bangsa Romawi memodifikasi lambang untuk 5 dan 50. V untuk melambangkan angka 5 dan D untuk melambangkan angka 50. Kemudian seiring berjalannya waktu, penulian angka 100 yang semula adalah “ƆIC” menjadi hanya C saja. Penulisan ini bertahan hingga saat ini.

Tetapi jika Anda jeli, maka pada menara jam atau jam tangan, kita tidak akan menemukan penulisan angka 4 dengan angka Romawi yang umum "IV" sebaliknya kita akan menemukan lambang angka "IIII". Hal ini disebabkan "IV" adalah cara penulisan nama dewa Jupiter. Jadi, demi menghindari orang Roma membaca waktu, jam 1, 2, 3, Jupiter, ... disesuaikanlah penulisannya.

Jadi, jangan tertawakan angka "IIII" di menara jam. Tak hanya Jam Gadang di Bukit Tinggi yang seperti itu, Big Ben di London pun menggunakan penulisan yang serupa!

Photo by Alexander Schimmeck on Unsplash