• Depan >
  • Kelana >
  • Pop >
  • Mengenal Asal-usul Budaya Populer Korea Selatan
Mengenal Asal-usul Budaya Populer Korea Selatan

Mengenal Asal-usul Budaya Populer Korea Selatan

2 menit baca

Anda mungkin tidak asing dengan drama Korea, musik K-Pop, dan daging bakar khasnya. Bagaimana caranya semua hal ini bisa sampai ke Anda? Baca, yuk!

Korea Selatan selama 30 tahun terakhir berhasil menyebarkan produk budaya populernya, mulai dari film drama, lagu, fashion, gaya hidup, produk-produk industri ke banyak lapisan masyarakat di dunia.

Hallyu Wave atau Korean Wave adalah fenomena budaya Korea (Selatan) yang memengaruhi budaya negara-negara lain. Dengan populasi 269,6juta jiwa, Indonesia merupakan pasar terbesar budaya popular Korea (K-pop) di Asia Tenggara. Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui.

  • Budaya populer Korea muncul di era 1990 setelah Korea Selatan membangun hubungan diplomatik dengan Cina pada tahun 1992.
  • Kebijakan politik Korea Selatan khusus di era Presiden Kim Young-sam (1994) dan Kim Dae Jung (1998) berpengaruh terhadap perkembangan budaya Korea.
  • Awal Hallyu atau Korean Wave menyebar di negara-negara terdekat Korea, yaitu Cina dan Jepang. Tepatnya saat pada tahun 1997 ada drama Korea yang pertama kali tayang di CCTV Cina yang berjudul What Is Love All About (Sarangi mwo gille). Serta ada grup boyband Korea, yaitu H.O.T. yang menjadi terkenal di daratan Cina.
  • Budaya Populer Korea akhirnya merembet ke negara-negara Asia Tenggara lainnya hingga paruh pertama tahun 2000-an, termasuk Indonesia.
  • Serial drama atau film Korea mudah diterima di Indonesia karena menunjukkan kesamaan nilai dan menyentuh perasaan. Nilai-nilai kehidupan dan budaya Korea dan Indonesia mempunyai kesamaan, seperti demokrasi, ekonomi berbasis pasar, prinsip hukum, dan hormat kepada orang yang lebih tua.
  • Pemerintah Korea pintar mengemas budaya negara dan produk nasionalnya dalam alur cerita film, sinetron, dan musik. Semakin tinggi jumlah penontonnya dari manca negara maka permintaan pasar terhadap produk yang ”diiklankan” secara terselubung pun semakin meningkat.
  • Budaya konsumsi mempunyai peran kesuksesan penetrasi budaya populer Korea di Indonesia. Mayoritas penggemar budaya populer Korea mempunyai pola pikir dan tindakan konsumsi atas dasar keinginan, bukan kebutuhan. Budaya konsumsi mengakomodasi bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, pertunjukan, media) sebagai kekuatan tanda kapitalisme. Perannya adalah pertama, sebagai wujud pemuasan kebutuhan identitas dan makna. Kedua, sebagai fungsi sosial dan ekonomis.
  • Globalisasi merupakan alasan utama dari penyebaran budaya populer Koreadengan gaya fashion yang modern dan menarik serta aktor/artis yang memiliki daya jual penampilan tinggi.
  • Peran dari kemajuan teknologi komunikasi mempermudah setiap orang untuk mendapatkan informasi budaya populer Korea dari mana dan kapan saja. Sekarang semua informasi bisa diakses dengan ponsel pintar dan internet.

Apakah salah menjadi penggemar budaya populer Korea? Tidak, asalkan Anda tidak hanyut dalam alur gelombang dan tetap bertanggung jawab atas konsumsi budaya yang dilakukan.

Photo by Johen Redman on Unsplash