
Digital Amnesia
Relakah membiarkan smartphone mengantikan kerja otak kita?
Anda tertegun melihat foto kenangan yang dikirimkan akun media sosial; setahun yang lalu, lewat dua hari. Anda terlihat sedang merayakan HUT sahabat. Duuuh... kelewatan dua hari. Kok bisa lupa?! Lalu tersadar bahwa notifikasi yang sangat diandalkan sebagai pengingat hari-hari istimewa tidak dikirimkan oleh smartphone Anda. Aaaah... beberapa hari kemarin smartphone sedang ngambek setelah nyemplung ke wastafel saat Anda mencuci tangan.
Fenomena seperti yang Anda alami ini disebut "amnesia digital" - kondisi seseorang melupakan informasi tertentu, karena "memercayakan" informasi tersebut pada perangkat digital. Dengan kata lain, perangkat digital menggantikan proses mengingat yang seharusnya kita lakukan.
Istilah digital amnesia memang belum diakui secara ilmiah, namun para ilmuwan kognitif setuju bahwa jika kita kurang mengandalkan pikiran untuk mengingat berbagai informasi, maka akan semakin sedikit koneksi neuron yang terbentuk di otak, sehingga membuat otak tidak lagi bekerja optimal.
Apakah berarti ketergantungan terhadap benda digital ini berdampak buruk? Bukankah kita tetap menggunakan otak dan memori kita untuk mengatur pencatatan digital itu? Dugaan ini dibenarkan oleh Nancy Dennis, seorang profesor di bidang psikologi dari Penn State University. Menurutnya, memercayakan informasi tertentu pada gawai digital tapi tidak selamanya hal tersebut berdampak negatif. Dijelaskan olehnya dalam artikel yang dilansir times.com, menyimpan informasi seperti nomor telepon, tanggal penting, catatan password pada smartphone relatif membantu, karena memberi kesempatan otak melalukan proses berpikir yang lebih serius, analitis dan kreatif.
Namun para ahli mengingatkan bahwa cara otak bekerja adalah dengan menyimpan dan memanggil ulang sebuah informasi. Semakin sering proses ini terjadi, semakin baik otak bekerja. Jadi, tidak ada masalah menggunakan smartphone untuk menyimpan dan mengingatkan kita. Tetapi akan lebih baik jika kita tidak melakukannya untuk semua hal, dan tetap melakukan berusaha mengingat hal-hal penting seperti biasa agar informasi tersebut bisa tetap tersimpan di otak kita.
Selain itu, dijelaskan juga bahwa mempelajari hal baru adalah sesuatu yang penting dilakukan untuk memotivasi otak bekerja prima; memaksimalkan memori. Jadi jika selama ini mengerjakan TTS dianggap cukup untuk menjaga ketajaman otak, maka hal tersebut tidak lagi tepat. Karena hal yang samalah yang dilakukan berulang-ulang. Jadi lakukanlah hal baru, hal yang merangsang otak untuk benar-benar bekerja. Lakukan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya; mengikuti kelas dansa, melukis, atau belajar memainkan alat musik. Atau... sekalian saja mendalami manual book smartphone Anda, sehingga semakin optimal penggunaannya, dan Anda punya informasi baru yang bisa disimpan otak, untuk merangsang neuron bekerja!
Sumber: times.com
Photo by NordWood Themes on Unsplash
- Topik Lainnya
- Memori
- Otak
- Daya Ingat