
Berpuasa: Mengeluarkan Racun Tubuh
Dorongan menjaga kesehatan memicu berbagai metode; termasuk berpuasa yang dianggap efektif mengeluarkan racun dari tubuh.
Intermittent fasting beberapa saat terakhir ini menjadi metode menjaga kesehatan yang diperbincangkan - karena manfaatnya. Praktek berpuasa ini menurut hasil penelitian baik bagi kesehatan, antara lain; mengurangi berat badan, mengatur kadar gula darah, kolesterol, trigliserida, insulin dan menyiasati terjadinya inflamasi di dalam tubuh. Selain itu, puasa yang dibarengi pembatasan kalori memicu perbaikan sel yang optimal; memperlambat proses penuaan.
Berdasarkan penelitian, para ahli menemukan ketika seseorang berpuasa maka hati akan menghasilkan sejenis enzim yang dibutuhkan sehingga proses detoksifikasi meningkat.
Sebenarnya pada orang yang sehat, memastikan proses detoksifikasi terjadi dengan sempurna sangat mudah. Cukup memenuhi kebutuhan tubuh, berupa; mengonsumsi makanan padat nutrisi, memastikan kebutuhan cairan, cukup tidur, menghentikan kebiasaan merokok dan menggunakan obat-obatan juga tidak mengonsumsi alkohol. Karena pada dasarnya tubuh telah memiliki sistem detokstifikasi, berupa hati dan ginjal yang secara konstan bekerja membuang sampah dan racun sisa metabolisme dari dalam tubuh.
Jadi sekalipun detoksifikasi dengan berbagai metode -termasuk berpuasa- saat ini populer dilakukan untuk mengoptimalkan kesehatan, tidak ada data yang memastikan bahwa setiap orang perlu melakukan hal ini. Sekalipun metode berpuasa, intermittent fasting (16 jam puasa, 8 jam makan) relatif aman dan tidak memiliki efek samping; berpuasa dalam waktu yang lama dan ekstrem, yang dilakukan berhari-hari atau puasa minum justru membahayakan.
Sangat disarankan agar sebelum melakukan detoksifikasi dengan berpuasa, setiap orang berkonsultasi dengan dokter dan memastikan kondisi kesehatan, sehingga bisa dibandingkan dengan kondisi setelah berpuasa. Hanya dengan cara ini kita dapat memantau manfaatnya bagi tubuh kita.