Berkeringat Deras

Berkeringat Deras

2 menit baca

Berkeringat adalah salah satu hal baik bagi kesehatan kita. Namun jika terus berkeringat dan terlalu banyak, sebaiknya tidak tenang-tenang saja.

Semua orang berkeringat, dan kejadian ini menandakan bahwa kita sehat. Tubuh memproduksi keringat dengan tujuan membantu mengatur suhu tubuh. Proses ini selalu terjadi ketika suhu tubuh berubah, suhu lingkungan meningkat atau karena kondisi emosional tertentu yang dialami.

Ketika suhu tubuh meningkat akibat temperatur lingkungan menjadi lebih hangat atau terjadi aktivitas fisik, sistem saraf otonom memberi sinyal pada kelenjar ekrin - terdapat di seluruh kulit, namun terkonsentrasi di telapak tangan, telapak kaki, dahi, dan ketiak – yang kemudian menghasilkan keringat untuk meredakan panas melalui proses penguapan. Sebaliknya jika tidak berkeringat tubuh akan mengalami gangguan kesehatan akibat kepanasan.

Tetapi, dalam kondisi tertentu keringat dapat diproduksi berlebihan dan bisa saja tidak berhubungan dengan perubahan temperatur atau aktivitas fisik. Menurut para ahli, volume keringat seseorang ditentukan oleh dua faktor utama
o Genetis
o Lingkungan

Dalam sebuah buku berjudul The Joy of Sweat: The Strange Science of Perspiration, dijelaskan bahwa faktor genetis menentukan jumlah kelenjar keringat setiap orang. Rata-rata manusia normal memiliki 2-5 juta kelenjar keringat di seluruh tubuh; dan jumlah kelenjar keringat ini menentukan volume keringat. Sedangkan faktor lingkungan berperan sejak awal kehidupan seseorang. Sejak usia bayi, lingkungan tempat seseorang dilahirkan telah membentuk reaksi kelenjar keringat untuk berproduksi, menyesuaikan volume keringat dengan lingkungan yang panas dan lembap atau sebaliknya dingin dan kering.

Saat beraktivitas normal, kelenjar sedikitnya menghasilkan 1L per hari. Jika bergerak aktif atau berolahraga, otomatis keringat yang dikeluarkan lebih banyak. Namun, ketika Anda berkeringat banyak tanpa berolahraga dan bahkan berada di dalam ruangan bersuhu normal, maka gejala ini adalah hiperhidrosis yang terkategori sebagai gangguan kesehatan.

Hasil sebuah penelitian yang telah dilansir oleh jurnal Health and Quality of Life Outcomes mengungkapkan bahwa hiperhidrosis dapat memengaruhi keseimbangan psikologis, kehidupan sosial, dan kehidupan profesional. Terbitan Journal of American Academy of Dermatology tahun 2021 memuat laporan penelitian yang menghubungkan kecemasan, depresi, dan hiperhidrosis. Diketahui hiperhidrosis cenderung dialami oleh seseorang dengan kondisi kesehatan mental tertentu.

Di sisi lain, dikenal juga hiperhidrosis sekunder. Produksi keringat berlebih terjadi sebagai dampak gangguan kesehatan lain, seperti; diabetes, gagal jantung, atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Keringat berlebihan juga bisa menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti: antidepresan, opioid, migrain, penyakit Parkinson, dan kanker payudara.

Saat ini kondisi hiperhidrosis belum dapat disembuhkan. Tetapi ada cara-cara alternatif yang bisa dilakukan untuk mengelola gejala tersebut, seperti; mengganti deodoran dengan antiperspiran berstandar medis. Anda bisa mendapatkannya dengan resep dokter. Selain itu, berdasarkan panduan International Hyperhidrosis Society – perkumpulan hiperhidrosis internasional, suntikan botox di area ketiak disarankan pada pasien berusia 18 tahun ke atas, dengan tujuan mengurangi keringat berlebih. Cara ini diketahui bisa menekan produksi keringat hingga 87% dan efeknya bertahan hingga 12 bulan, dan dapat diulang.

Namun, jika Anda mendapati diri Anda selalu berkeringat banyak setiap hari, hingga mengganggu aktivitas, sangat disarankan untuk berkonsultasi dan mendapatkan penanganan dokter.

Photo by Thom Milkovic on Unsplash