Beremosi di Balik Masker
Setiap orang mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah saat ini; komunikasi non-verbal menjadi tidak semudah dulu.
Once upon a time... setidaknya hingga akhir bulan Februari 2020, kita masih dapat menala emosi seseorang dengan memerhatikan ekspresi wajahnya; senang, bingung, sedih, mudah "terbaca" dari tekukan bibir, ketegangan otot pipi. Tapi hal itu nyaris tidak mungkin dilakukan sekarang, karena semua orang mengenakan masker yang nyaris menutupi wajah, hanya menyisakan mata; itupun jika tak ditutupi kacamata berlensa gelap.
Seperlu apakah kita membaca ekspresi wajah seseorang, terlebih jika kita tidak mengenalnya? Kita mungkin tidak menyadari hal ini, sampai beberapa saat lalu bersenggolan kereta belanja dengan seseorang di supermarket. Masih ingatkah bahwa sebelumnya kita dengan mudah merespons kejadian ini dengan mengangguk, lalu tersenyum; selesai. Tapi sekarang, mau tak mau perlu usaha lebih; mengucapkan kalimat: "maaf, saya tidak sengaja."
Sama seperti kita yang tidak tahu apakah orang itu terganggu atau kesal karena tabrakan kereta belanja; orang itupun tak paham bahwa kita tak sengaja melakukannya, lantaran tak ada lagi yang bisa membaca emosi dengan mudah.
Rata-rata bagian wajah seseorang yang terlihat saat ini adalah mata. Sekalipun diyakini bahwa mata adalah jendela jiwa dan tatapan mata bisa mengungkapkan banyak hal; tidak semua orang bisa memahami makna tatapan mata. Kondisi ini dialami secara global dan memicu para ahli komunikasi dari Pusat Pendidikan Khusus di Rishon-LeZion, Israel untuk membuat analisa. Yulia Roitblat pakar komunikasi yang memimpin penilitian itu menjelaskan beberapa hal yang bisa diterapkan untuk berbicara dengan mata.
Optimalkan informasi spontan mata. Menurut para pakar ekspresi, reaksi jujur seseorang terhadap sebuah peristiwa akan terlihat melalui tatapan mata. Pupil mata seseorang akan melebar jika emosinya melonjak. Reaksi itu bisa cepat memudar setelah beberapa waktu jika kita telah "berdamai" dengan situasi atau peristiwa yang kita alami. Hal yang perlu kita lakukan adalah mempertahankan tatapan itu, untuk mengomunikasikan pesan kita pada orang di sekitar, sebaliknya kita diminta untuk lebih cermat memerhatikan mata seseorang saat berinteraksi, atau segera memeriksa tatapan mata untuk memantau reaksi seseorang. (Hmmm... bayangkan keberuntungan melihat sepasang mata menawan)
Perhitungan gerakan alis. Berdasarkan hasil pengamatan, alis adalah bagian wajah yang menguatkan pesan mata. Hal ini disebabkan karena otot-otot wajah bagian atas yang bergerak saat saat seseorang berekspresi akan menggerakkan alis. Posisi alis yang saling mendekat menandakan seseorang tidak nyaman, sedangkan jika alis terlihat sedikit turun, menyiratkan keheranan. Dipadukan dengan tatapan mata, menurut para ahli komunikasi, gerakan alis dapat membantu kita memahami emosi seseorang. Jadi, jangan salah fokus memerhatikan bentuk alis atau kerapian alis. Informasi emosi akan didapatkan dari posisi alis yang menyertai tatapan mata.
Body language. Jika tatapan mata tak mudah atau tak efektif menyampaikan pesan non-verbal maka Anda bisa mencermati bahasa tubuh seseorang, atau sebaliknya menggunakan bahasa tubuh Anda untuk menyampaikan pesan Anda pada orang lain. Gunakan saja bahasa isyarat tangan, postur, dan gerak tubuh untuk memperjelas emosi agar orang lain tak salah memahami kita.
Singkat kata, secara global manusia sedang melakukan penyesuaian komunikasi non-verbal, sehubungan kebiasaan menggunakan masker yang menutupi sebagian besar wajah. Kondisi ini menjadi tidak mudah karena kita bisa salah paham saat berinteraksi. Jadi tak perlulah terlalu keras pada diri sendiri jika sesekali kita salah memahami bahasa non-verbal orang lain; dan sama seperti kita memaklumi diri sendiri, sebaiknya kita pun memberikan permakluman yang sama pada orang lain.
Kita semua membutuhkan waktu, meluruhkan tekanan yang dialami ini, sebaliknya marah tidak akan memperbaiki kondisi dan situasi sekarang ini. Stay safe, be kind to ourselves, and share positive vibes!
Photo by Ani Kolleshi on Unsplash
- Topik Lainnya
- Komunikasi
- Non-verbal
- Masker