5 Tanda Keuangan Rumah Tangga Bermasalah

5 Tanda Keuangan Rumah Tangga Bermasalah

2 menit baca

Perencanaan keuangan yang matang adalah salah satu kunci kesuksesan berumah tangga, terutama saat pandemi COVID-19 masih berlangsung.

Memasuki tahun kedua pandemi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penurunan pemasukan masih terjadi di banyak sektor pekerjaan. Anda lebih baik mengamankan kondisi keuangan keluarga sedini mungkin, karena perekonomian Indonesia secara keseluruhan masih belum membaik.

Anda dan pasangan harus bisa mengatur pemasukan dan pengeluaran yang seimbang, bahkan mengurangi pengeluaran agar saldo tabungan bertambah. Sadarilah bahwa masalah keuangan dalam rumah tangga kerap menjadi salah satu pemicu kegagalan hubungan suami-istri. Lebih baik mempersiapkan diri demi menghindari masalah di era new normal ini.

Perhatikan 5 tanda keuangan rumah tangga sedang bermasalah, berikut ini!

1. Jumlah tabungan kurang dari 3x pengeluaran rutin per bulan

Tabungan adalah simpanan uang yang tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun kepentingan lainnya. Sekarang, Anda hitung total pengeluaran rutin per bulan. Jika total pengeluaran rutin per bulan adalah Rp8 juta, maka jumlah tabungan yang harus Anda miliki adalah 3 x Rp8 juta = Rp24 juta.

Uang di tabungan bisa Anda ambil sewaktu-waktu atau saat kebutuhan darurat. Jika Anda tidak memiliki tabungan, tentu pinjaman adalah solusi. Tetapi ini akan menambah beban keuangan rumah tangga.

2. Jumlah utang lebih dari 30% dari total penghasilan per bulan

Lakukan hal ini, hitung total jumlah utang per bulan. Definisi utang adalah pinjaman yang wajib dibayar, antara lain: kredit rumah, kendaraan, elektronik, Kredit Tanpa Agunan (KTA), dan lain-lain. Kemudian, hitung persentasenya dari total penghasilan Anda dan pasangan dalam satu bulan. Jika melebihi 30% maka  Anda harus waspada, artinya keuangan sedang tidak sehat.

3. Mengandalkan utang konsumtif

Utang konsumtif adalah pinjaman yang dilakukan untuk membeli barang yang nilainya terus menurun di masa depan dan tidak menghasilkan pemasukan, contohnya kartu kredit. Ketika Anda kerap mengandalkan utang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tidak bisa membayar lunas setiap tagihannya. Ini pertanda buruk. Artinya, pemasukan Anda tidak dapat mencukupi pengeluaran. Anda harus memprioritaskan penyelesaian utang konsumtif dan berhenti mengandalkannya agar beban finansial keuangan tidak semakin membesar.

4. Tidak memiliki proteksi keuangan

Proteksi adalah strategi perencanaan keuangan untuk mengelola, bahkan menghindari kerugian finansial akibat terjadinya risiko. Ada bermacam-macam bentuk proteksi keuangan, contoh: asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan, penyakit kritis, pendidikan, dan lain-lain. Jika Anda memilikinya, saat tabungan sudah habis, maka Anda masih mempunyai safety net. Tentu saja, kekurangan proteksi adalah hal yang tidak baik, dan kelebihan proteksi juga membuat pengeluaran Anda menjadi tidak efisien.

5. Tidak memiliki dana pensiun

Tujuan memiliki dana pensiun yang cukup adalah agar Anda mandiri secara keuangan di masa tua. Perlu diketahui, kebutuhan di masa tua akan meningkat. Begitu juga dengan potensi risiko.

Anda dan pasangan harus merencanakan pensiun yang matang dengan dana pensiun yang mencukupi kebutuhan. Mulailah dari sekarang dengan memiliki tabungan khusus dan tidak boleh diambil hingga usia pensiun nanti.

Photo by Firmbee.com on Unsplash