4 Alasan Stop Menggunakan Wadah Plastik

4 Alasan Stop Menggunakan Wadah Plastik

2 menit baca

Apa yang terjadi ketika Anda rajin minum dari botol plastik sekali pakai? Anda akan terkejut dengan fakta-fakta dari penelitian ini!

Ternyata, meminum air dari botol plastik sekali pakai tidak baik untuk kesehatan Anda. Meskipun banyak yang tidak menyukai gagasan mengonsumsi makanan atau minuman dari bahan plastik, tanpa disadari, Anda masih suka melakukannya.

Bisa jadi Anda melakukannya karena produsen menetapkan label aman untuk mesin pencuci piring dan microwave. Anda memercayainya karena produsen adalah perusahaan besar, terutama bila produsen dari luar negeri.

Berikut adalah 4 alasan tidak makan atau minum dari wadah plastik yang dilansir dari www.ecowatch.com.

1. Partikel mikroplastik berpindah dari wadah ke tubuh Anda

Berdasarkan penelitian di The Journal of Food Science, setidaknya 74.000 partikel mikroplastik per tahun telah “terkonsumsi” oleh manusia. Faktanya, kita bisa menelan lebih dari 200 partikel seminggu, hanya dari wadah makanan plastik.

Mikroplastik dari wadah terkelupas dan sebanyak 30% berbaur ke dalam makanan, berdasarkan studi di The Journal of Hazardous Materials.

Saat wadah plastik dipanaskan, suhu tinggi dapat memutuskan ikatan kimia dalam plastik. Inilah yang meningkatkan pelepasan mikroplastik. Para peneliti menemukan botol air yang ditinggalkan di bawah sinar matahari, memiliki jumlah bahan kimia plastik yang lebih tinggi.

2. Plastik buruk untuk kesehatan

Ketika Anda menelan plastik, mereka tidak hanya membuat jalan untuk keluar dari tubuh, melainkan juga bisa tinggal. Para ilmuwan telah menemukan bahwa mikroplastik dapat melintasi membran kuat yang melindungi otak dari benda asing dalam aliran darah, setidaknya pada hewan. Mikroplastik bersifat karsinogenik bagi manusia.

Menurut penelitian di Rutgers Center for Urban Environmental Sustainability, ibu hamil dapat menularkan mikroplastik melalui plasenta ke janin mereka.

Bahan kimia dari plastik ini dapat menyebabkan efek medis jangka panjang. Partikel tersebut dapat melepaskan ftalat ke dalam tubuh, yang mengganggu hormon dan dapat mengurangi kesuburan baik pada pria maupun wanita. Undang-Undang Peningkatan Keamanan Produk Konsumen tahun 2008 di Amerika Serikat, melarang penggunaan ftalat dalam mainan, susu formula, dan botol.

3. Tidak ada plastik yang aman

Bukan hanya ftalat. Plastik mengandung banyak bahan kimia, termasuk bisphenols A, S dan F (BPA, BPSs, dan BPFs), dan polychlorinated biphenyls (PCBs).

Bahan kimia ini telah dikaitkan dengan kanker, sistem kekebalan yang melemah, masalah organ, dan keterlambatan perkembangan pada anak-anak. Bisphenol secara khusus (terutama BPA) telah diidentifikasi sebagai gangguan endokrin dan terkait dengan obesitas. Penelitian juga menunjukkan bahwa BPA membuat wanita lebih sulit untuk hamil dan meningkatkan risiko keguguran.

Anda mungkin melihat sebuah produk (seperti botol, misalnya) dipasarkan bebas BPA. Anda harus waspada! Banyak perusahaan yang menggantikan BPA menjadi BPS. Apa pun senyawanya, belum ada yang terbukti aman untuk dikonsumsi manusia.

4. Plastik buruk untuk lingkungan

Kita berpartisipasi memenuhi dunia dengan sampah plastik. Sejak plastik mulai umum digunakan pada tahun 1950-an, kita telah memroduksi lebih dari 8 miliar ton plastik. Paling banyak, hanya 10 persen dari antaranya yang telah didaur ulang.

Kita telah menghirup puluhan ribu partikel plastik sangat kecil setiap tahun karena ada begitu banyak plastik di kehidupan kita. Plastik tidak hanya ada pada sampah yang terlihat, tetapi juga di dunia mikro, dengan filamen yang masuk ke sumber makanan dan air.

Apakah daur ulang dapat membantu? Studi telah menemukan bahwa daur ulang dapat memasukkan bahan kimia berbahaya lain. Artinya, pilihan terbaik adalah berhenti produksi wadah plastik. Bagaimana caranya? Anda bisa mulai berhenti membeli wadah plastik.

Photo by Volodymyr Hryshchenko on Unsplash